Elliot mengerutkan kening.

 

Dia hampir akan mempercayai kata-kata Cole jika tidak melihat formulir yang diisi Avery dengan matanya sendiri.

 

"Avery bilang kalau anak itu anak kamu, jadi itu pasti anak kamu" Pengawal itu memarahi. "Beraninya kamu melakukan hal seperti itu! Itu nggak cukup untuk bayar bahkan kalau kamu memiliki sembilan nyawa!"

 

Cole berteriak, "Avery berbohong! Paman, alasan aku putus sama dia itu karena dia nggak akan membiarkan aku menyentuh dia. Aku yang putusin dia dan dia benci aku! Dia dengan sengaja bilang kalau anak di dalam perut dia itu milik aku! Dia mau balas dendam sama aku! Paman, kamu harus percaya sama aku! Nggak peduli milik siapa anak di perut dia, itu nggak mungkin anak aku!"

 

Elliot menatap pria yang terbaring di lantai dengan wajah penuh ketakutan. Dia tiba-tiba kehilangan semua makna dan tujuan untuk mengejar ini lebih jauh.

 

Ini adalah pria yang disukai Avery.

 

Pria pengecut dan tak punya tulang ini bisa dengan mudah mengkhianatinya ketika dia menghadapi masalah.

 

"Seret dia keluar!" Suara Elliot tidak memiliki emosi sama sekali. "Tapi jangan bunuh dia."

 

Bagaimana dia bisa membiarkan Cole mati dengan mudah?

 

Dia ingin menghancurkan Cole sedikit demi sedikit di depan Avery.

 

 

Laura membawa Avery kembali ke rumah kontrakannya.

 

Setelah memasuki kamar, Laura membantunya untuk berbaring di tempat tidur.

 

"Avery, jangan nangis. Kamu nggak boleh nangis sekarang... Kamu perlu istirahat setelah aborsi..."

 

Avery melihat ke langit-langit dan berkata, "Bu, anak aku masih di sini. Mereka masih sama aku."

 

Laura tercengang, "Avery, kok bisa? Bukanya kamu bilang Elliot memaksa kamu untuk menggugurkan anak itu?"

 

"Aku kasih tahu dokter kalau dia berani menyentuh aku, aku nggak akan pernah keluar dari ruang operasi hidup-hidup. Aku juga nggak akan membiarkan dia keluar dari ruang operasi hidup-hidup."

 

Suara Avery sangat dingin.

 

Meskipun anak itu aman, hatinya sudah berubah menjadi abu, seolah-olah dia telah mati sekali.

 

'Aku lolos kali ini, tapi gimana nanti' Dia berpikir untuk dirinya sendiri.

 

Selama dia tinggal di sisi Elliot, keselamatan anak itu akan selalu dipertaruhkan.

 

Telepon berdering, memecah udara berat yang menggantung di ruangan itu.

 

Dia mengangkat telepon dan melihat bahwa itu adalah panggilan wakil presiden.

 

Setelah dia mengangkat telepon, suara wakil presiden bisa terdengar. "Avery, aku mabuk semalam dan baru bangun! Apa Tuan Z menghubungi kamu hari ini?"

 

Avery tercengang, "Nggak. Kamu minum sama siapa semalem?"

 

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255