Bab 123

Enam tahun lalu, Borris mengalami kecelakaan di pinggiran kota.

Dampak yang kuat menyebabkan dia mengalami pneumotoraks akut.

Meskipun supirnya langsung meminta pertolongan dan memanggil ambulans, tapi rasa sakit dan sesak di dadanya tidak tertahankan sehingga membuatnya kesulitan bernafas

Dan dalam proses panjang menunggu diselamatkan, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk mati.

Pada saat itulah, Samantha tiba-tiba muncul disampingnya, dan dengan tenang menusuk bagian paru-parunya menggunakan ujung pulpen, dan melepaskan darah yang terkumpul di rongga dadanya, meredakan gangguan pernafasannya dan akhirnya memungkinkan dia diantarkan ke rumah sakit dengan lega.

Saat itu—

Baik supir maupun pengurus rumah mengkritiknya, namun Samantha hanya fokus pada perawatannya.

“Samantha, oh Samantha, kamu bukan sekedar ibu kandungnya Oliver dan Olivia.” Borris menatapnya dengan penuh kasih : “Kamu juga penyelamatku, dan membuatku bisa tetap hidup di dunia ini sampai sekarang, dikelilingi oleh cucu-cucu dan cicit-cicitku dan melewati hari-hari dalam kebahagiaan….”

“Kakek, itu…sudah seharusnya kulakukan.”

malu-malu,

Borris dapat melihat ketidakwajarannya, dia buru-buru mengambil cangkir teh kecil dan menyesap tehnya, menggunakan kesempatan itu untuk menyembunyikan hati nuraninya yang merasa

dia tidak

yang sama sekali tidak ada hubungannya

dilahirkan oleh kakak kandungnya, bahkan yang menyelamatkan nyawa Borris

kediaman Keluarga Costan, dia mengira Borris akan merendahkannya dan tidak akan menganggapnya, tidak disangka saat melihatnya Borris langsung memanggilnya penyelamatku’

namun setelah mengetahui ceritanya, dia pun mempergunakan

jangan khawatir.” Mata Samantha memerah, dan terlihat seperti akan menangis : “Tidak peduli apapun yang terjadi

memperlakukan kakek seperti

bicara sembarangan

: “Saya hanya berharap Asta, Oliver dan

“Ada apa dengan dia?”

Saya akui saat itu saya terbakar api cemburu dan langsung memberikan cek 10 miliar kepadanya, namun setelah dia mengambil uang itu…dia tidak menepati janjinya, sebaliknya dia berkata padaku…Asta yang bersikeras mencarinya dan dia tidak

wajahnya dan air mata mengalir di

marah dan memukul meja : “Samara ini…berani sekali mengatakan

marah itu merusak

berwarna hijau tua dari sakunya, dan membukanya, memperlihatkan sebuah gelang berwarna

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255